Film animasi Merah Putih: One for All, yang bertujuan membangkitkan semangat kebangsaan jelang HUT RI ke-80, justru ramai dikritik warganet karena dianggap terburu-buru dan kualitasnya mengecewakan. Dengan anggaran yang dikabarkan mencapai Rp 6,7 miliar, banyak yang merasa hasilnya jauh dari harapan.
Lebih bikin heboh, netizen bahkan mengungkap bahwa sebagian aset animasi—seperti latar dan karakter—dibeli dari platform seperti Daz3D dan marketplace, bukan dibuat orisinal. Hal ini menambah skeptisisme publik terhadap nilai produksi yang sebenarnya.
Menanggapi keramaian ini, produser Toto Soegriwo memilih merespons dengan senyuman santai: “Komentator lebih pandai dari pemain.” Ia juga memutar balik kritik itu dengan menunjuk manfaat positif yang muncul—misalnya, film ini menjadi pusat perhatian dan memicu diskusi luas tentang perfilman animasi lokal.
Terlepas dari kontroversi, semangat dan niat baik di balik film ini tetap patut diacungi jempol—yaitu menyemai rasa cinta tanah air dan kekompakan lintas budaya. Krisis kritik ini bisa jadi momentum penting untuk memperkuat kualitas teknis dalam produksi kreatif Indonesia ke depan.