PAUS FRANSISKUS, NILAI TOLERANSI BERAGAMA DAN IMPLEMENTASI KEBERAGAMAN DI BALI.

Pada tanggal 3 September kemarin, Indonesia kedatangan tokoh pemimpin besar umat Katolik seluruh dunia yaitu Paus Fransiskus. Tokoh besar dunia ini menetap di Indonesia mulai tanggal 3 September kemarin hingga tanggal 6 September hari ini.

Jauh sebelum Paus Fransiskus yang menyambangi Indonesia minggu ini, Paus pertama yang berkunjung ke Indonesia adalah Paus Paulus VI, tepatnya pada tanggal 3-4 Desember 1970 dan agenda ini bukan kunjungan resmi kenegaraan. Berselang 19 tahun kemudian, Paus Paulus VI menyambangi Tanah Air pada tanggal 8-12 Oktober 1989.

Paus Fransiskus memimpin perayaan Misa Suci akbar pada hari Kamis 5 September di GBK (Gelora Bung Karno), Senayan pukul 19.00 WIB. Perayaan suci ini dihadiri sekitar 60.000 umat dan dapat disaksiksan secara siaran langsung bagi para umat yang berada di seluruh Indonesia.

Sebelum perayaan Misa Suci, dihari yang sama—tepatnya pagi hari pukul 9.00 WIB—Paus Fransiskus mengunjungi Masjid Agung Istiqlal dan disambut dengan sangat hangat oleh Imam Besar Nasaruddin Umar. Keduanya terlihat saling berpegangan tangan, dan bahkan Imam Besar Masjid Istiqlal itu sempat mencium kening Paus Fransiskus, kemudian dibalas dengan ciuman tangan oleh tokoh besar umat Katolik seluruh dunia itu.

Momen indah tersebut menjadi sorotan publik se-Indonesia bahkan dunia. Bentuk toleransi keberagaman itu menuai pujian langsung dari Paus Fransiskus yang mengatakan “Sebagaimana samudera unsur alami yang menyatukan semua kepulauan di Indonesia, demikian pun sikap saling menghargai terhadap kekhasan karakteristik budaya, etnik, bahasa, dan agama dari semua kelompok yang ada di Indonesia adalah kerangka yang tak tergantikan dan menyatukan yang membuat Indonesia sebagai sebuah bangsa yang bersatu dan bangga.” (presiden.go.id)

Melihat dan melansir momen keberagaman itu, bagaimana kenyataan implementasi semboyan Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia? Khususnya di Bali?

Provinsi Bali adalah salah satu daerah yang dikenal banyak orang memiliki rasa toleransi keberagaman tinggi, khususnya keagamaan. Berikut kami rangkum beberapa contoh kecil dari sikap toleransi tinggi yang ada di Bali.

Pecalang Turut Jaga Keamanan Shalat Berjamaah

Momen ini terjadi rutin tiap tahunnya di Lapangan Lumintang, Denpasar. Pecalang akan turut hadir dan menjaga keamanan serta kenyamanan umat Muslim yang akan menunaikan ibadah Shalat di lapangan. Hal ini biasa terjadi ketika ada perayaan besar umat Islam, seperti hari raya Idul Fitri dan juga Idul Adha.

Komplek Peribadatan Puja Mandala Nusa Dua

Puja Mandala adalah komplek tempat ibadah bagi berbagai penganut kepercayaan yang ada di Indonesia. Di sini bisa ditemukan Masjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa, Vihara Buddha Guna, Gereja Kristen Protestan di Bali Bukit Doa, dan Pura Jagat Natha. Kelima tempat suci ini dibangun berdampingan satu sama lainnya, memperlihatkan serta membawa pesan ke seluruh Indonesia bahkan dunia, jika Bali amat menjaga kerukunan umat beragama.

Hari Raya Nyepi dan Shalat Tarawih Ramadhan Bersamaan

Tepatnya tahun lalu (2023), kejadian langka terjadi, yakni hari pertama bulan Ramadhan di mana, umat Muslim akan melaksanakan Shalat Tarawih jatuh berbarengan dengan hari Raya Nyepi. Di hari itu, tidak ada yang terhambat untuk menunaikan ibadah kepercayaan masing-masing. Umat Muslim masih bisa keluar rumah saat hari Raya Nyepi dengan berjalan kaki ke Masjid terdekat dan beribadah tanpa pengeras suara. Hal ini memperlihatkan bagaimana kedua kepercayaan saling merangkul satu sama lain dan menghargai nilai-nilai dari kedua hari raya suci tersebut.

Facebook
Twitter
LinkedIn