MINIM MORAL! ‘PENJARAH’ UANG SESARI BERAKSI LAGI

Oknum-oknum ‘penjarah’ sesari kedapatan diusir oleh pecalang setempat saat proses penghanyutan banten ngaben massal di desa Tangkas, Klungkung. Terlihat ada sekitar 4 orang pemuda dengan atribut penutup wajah berusaha mengambil uang sesari dari dalam banten.

Gerak-gerik para oknum pemuda tersebut sontak membuat pecalang, dan peserta prosesi penghanyutan banten geram. Dapat dilihat, dari salah satu rekaman warga, pecalang dan peserta penghanyutan mengusir secara ‘paksa’ setelah himbauan verbal secara baik-baik tidak dihiraukan oknum pemungut sesari.

Perlu diketahui, Sesari adalah istilah dalam tradisi keagamaan Hindu di Bali yang mengacu pada kontribusi atau pemberian uang dari umat yang terlibat dalam suatu upacara atau ritual. Sesari diberikan sebagai bentuk partisipasi dan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan dan leluhur, serta untuk mendukung pelaksanaan dan keberlanjutan upacara tersebut.

Dahulu di Bali, sesari berbentuk uang kepeng atau jinah bolong, karena itulah mata uang yang digunakan pada masa itu. Seiring berjalannya waktu, sesari berubah dan kini menggunakan mata uang rupiah yang berlaku saat ini.

Kejadian ‘penjarah’ uang sesari dalam banten bukanlah hal yang baru terjadi di Bali, fenomena ini sudah terjadi sejak beberapa tahun yang lalu. Beberapa contohnya adalah kejadian lalu di Pantai Melasti yang dilakukan oleh bocah lokal setempat menjarah sebelum prosesi selesai. Bahkan di Pantai Petitenget beberapa WNA tertangkap sedang mengobrak-abrik banten untuk menjarah sesari di pelinggih yang terdapat di akses masuk areal pantai.

Kejadian-kejadian ini menuai keributan pada semeton netizen Bali, banyak yang menganggap kelakuan oknum ‘penjarah’ ini sangat tidak etis. Mengingat sebagian besar penjarah tidak menghiraukan alur prosesi ritual sesembahan tersebut.

Memang tidak pernah ada yang melarang soal pengambilan uang sesari setelah prosesi selesai, karena sejatinya makna sesari tersebut adalah wujud puji syukur dari yang menjalankan prosesi penghaturan. Namun yang perlu ditekankan dan diingat untuk para oknum ini, adalah sudah seidealnya untuk menghargai ritual dan tidak mengesampingkan etika sebagai sesama pemeluk suatu kepercayaan.

Facebook
Twitter
LinkedIn