MACET BALI, MEMBLUDAKNYA PENGENDARA ATAU KURANGNYA BUDAYA TRANSPORTASI UMUM?

Sudah jadi pemandangan biasa melihat kemacetan yang membludak di Bali beberapa tahun ke belakang ini. Fenomena ini dapat dirasakan oleh hampir seluruh penduduk kota di Bali, terutama kota Denpasar dan kabupaten Badung.

Kemacetan parah biasa terjadi di rush hour, atau jam berangkat-pulang kerja kantoran maupun anak sekolahan. Masalah ini tentunya membuat Masyarakat resah, tidak hanya penduduk lokal—keresahan ini juga dirasakan oleh pendatang ataupun wisatawan domestik maupun mancanegara yang sedang berkunjung ke sini.

Kemacetan ini banyak menimbulkan perpecahan dan spekulasi dari publik mengenai akar penyebabnya. Berikut rangkuman asumsi penyebab permasalahan yang kami dapatkan dari komentar-komentar netizen maupun data dari internet.

Pertama, volume kendaraan yang semakin banyak tiap tahunnya. Jika diperhatikan, memang realitanya terlihat semakin membludaknya kendaraan, terutama motor di jalanan. Menurut data kendaraan BPS Provinsi Bali, total jumlah kendaraan di tahun 2023 ada di angka 5 juta unit. Melompat sekitar 500.000+ unit kendaraan hanya dalam kurun kurang dari lima tahun sejak 2021. Bahkan angka kepemilikan kendaraan ini melampau jumlah penduduk Bali, yakni sekitar di angka 4,3 juta jiwa.

Kedua, kurang efektifnya transportasi umum. Terlihat dari pemaparan poin pertama, mengimplikasikan bahwa Masyarakat Bali masih lebih memilih untuk memiliki dan mengendarai kendaraan pribadi. Selain itu, penerapan transportasi umum terlihat masih kurang efektif untuk masuk ke dalam keseharian Masyarakat. Hal ini tentu menimbulkan beberapa pertanyaan. Apakah kurangnya sosialisasi ajakan ke Masyarakat dari pemerintah untuk memaksimalkan transportasi umum? Kurangnya pilihan transportasi umum yang berlaku?

Ketiga, penegakkan aturan lalu lintas maupun penggunaan jalan. Masih banyak dan umum terjadi pelanggaran di jalanan Bali. Seperti parkir sembarangan di bahu jalan, dan juga ketertiban arus kendaraan saat traffic light, terutama di persimpangan tiga atau empat jalan. Hal-hal ini berpengaruh besar terhadap arus pengendara yang melintas dan dapat mengganggu kepentingan bersama saat di jalan. Bali yang semakin ramai tentu juga menjadi pertanda baik untuk aliran roda ekonomi Masyarakat Bali. Tapi, hal ini juga harus dibarengi dengan adaptasi aturan maupun penegakkan ketertiban yang dijalani bersama. Melihat aturan lama yang dibuat ketika Bali masih belum ramai seperti akhir-akhir ini, masih berusaha diberlakukan dalam kondisi Bali yang semakin ramai tiap tahunnya.

Posts

Facebook
Twitter
LinkedIn